Rabu, 13 Juni 2012

Makalah Obat cacing


TUGAS MAKALAH FARMAKOLOGI
“OBAT CACING”
SEMESTER II

Dosen : Danang Yulianto, S.Si,Apt




                                                                                                                              








Disusun :
Nama      :Sri Hernawati Florentina
NIM       :14.11.2743
Kelas      :G/KM/II
Studi       :Farmakologi


KONSENTRASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAN REKAM MEDIS
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
 SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Tafakur, tasyakur dan tadzabur senantiasa saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya,sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah farmakologi ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi nilai ulangan tengah semester.Tersusunnya makalah farmakologi tentang obat cacing ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik itu dukungan moril maupun materi. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
v  Bpk Sugiono Spi,MM,M.P.M
v  Ibu Istika Dwi Kusumaningrum S.Km sebagai wali dosen
v  Bpk.Danang Yulianto,S.Si.,Apt
v  Keluarga yang telah mendukung pembuatan makalah ini
Akhir kata saya ucapkan banyak terimakasih,seperti pepatah dulu mengatakan “ Tak Ada Gading yang Tak Retak” begitu pula dalam penyusunan makalah ini, masih banyak kekurangannya.Saya sebagai pembuat meminta kepada pembaca untuk berpendapat tentang makalah ini,sehingga di lain kesempatan saya bisa menyusun makalah menjadi lebih baik lagi.



                                                                                           Yogyakarta …Mei 2012     
   Penyusun




Sri Hernawati.F





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN
1.3 MANFAAT
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
            2.1 OBAT CACING
2.2 PENYAKIT CACING
2.3 BAHAYA CACING UNTUK ANAK DAN DEWASA
BAB III PEMBAHASAN
3.1 PENGOBATAN
3.2 TIPS MENGHINDARI CACINGAN

BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA 









BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Dewasa ini,penggunaan obat cacing di wilayah berkembang seperti Indonesia sudah menjadi hal yang tidak asing lagi.Banyaknya penyakit yang di sebabkan oleh berbagai jenis cacing menyebabkan banyak perusahaan obat membuat obat untuk mengobati penyakit tersebut.Penyakit yang di sebabkan oleh cacing sebenarnya tidak hanya berbahaya bagi anak kecil saja seperti apa  yang sering di gembor-gemborkan di televisi ,akan tetapi rentan juga terhadap orang dewasa, apalagi seperti orang dewasa yang bekerja di pertambangan.Pada pegawai pertambangan,cacing yang sering menyerang adalah cacing tambang, sedangkan pada anak kecil, cacing yang sering menyerang adalah cacing kremi.90 % anak Indonesia mengidap cacingan Rendahnya mutu sanitasi menjadi penyebabnya mengakibatkan pemiskinan fisik hingga IQ loss adalah beberapa akibatnya.
Dari segi pengobatan bukan hanya golongan anak kecil atau dewasa saja yang membedakan pemakaian jenis obat cacing,akan tetapi di lihat dari jenis cacing yang menyerang si penderita.
Banyaknya  masyarakat yang tidak mengetahui tentang bahaya dari cacing menjadi alasan saya membuat makalah tentang obat cacing,sehingga di harapkan masyarakat memahami baik jenis cacing ataupun jenis obat yang di gunakan yang sesuai dengan kebutuhan si penderita.Pada dasarnya obat cacing tidak hanya di gunakan untuk mengobati saja akan tetapi obat cacing bisa di pakai sebagai obat pencegahan agar terhindar dari cacing yang merugikan yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.Penggunaan obat untuk pencegahan dan pengobatan juga berbeda dosis dan penggunannya.Tidak setiap hari juga kalau kita meminum obat cacing supaya tidak terkena cacingan,akan tetapi bisa di lakukan tiga bulan sekali meminum obat cacingnya.
Bagi masyarakat awam mungkin tidak mengetahui bahwa apa yang dia lakukan itu sangat berbahaya bagi kesehatannya.Seperti halnya pada petani yang sering terjun ke lahan pertanian,sedangkan petani tersebut tidak memakai alas kaki, maka kemungkinan besar terserang cacing lebih besar.Oleh karena faktor-faktor diatas,maka saya mengambil judul makalah tentang obat cacing.
1.2  TUJUAN
*      Untuk mengetahui jenis cacing apa saja yang bisa menyebabkan penyakit
*      Untuk mengetahui jenis obat yang di gunakan baik untuk pencegahan ataupun pengobatan
*      Untuk mengetahui obat cacing kimia dan tradisional
*      Untuk mengetahui mekanisme kerja dari obat cacing
*      Pembaca memahami bahaya dari cacing
*      Pembaca di harapkan mengubah prilaku ke arah yang lebih baik

1.3  MANFAAT
*    Menambah wawasan kita tentang apa yang di maksud dengan obat cacing
*   Memberikan alternatif pemecahan masalahan bagi orang-orang yang rentan terhadap cacing,sehingga mereka tahu apa yang harus dilakukannya

















BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 OBAT CACING
Antelmintik atau obat cacing adalah obat yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh.Sebagian besar obat cacing efektif terhadap satu macam kelompok cacing, sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu.Diagnosis dilakukan dengan menemukan cacing, telur cacing dan larva dalam tinja, urin, sputum, darah atau jaringan lain penderita.Sebagian besar obat cacing diberikan secara oral yaitu pada saat makan atau sesudah makan dan beberapa obat cacing perlu diberikan bersama pencahar. Obat cacing sebenarnya bisa untuk orang segala usia, hanya untuk anak dibawah 2 tahun, harus ekstra hati-hati, karena obat cacing ini bekerja dalam jaringan dan organ tubuh, dan kita tahu bahwa jaringan dan organ dalam tubuh anak-anak masih rentan terhadap obat. Tapi saya anjurkan untuk menggunakan obat cacing yang memang untuk anak, karena obat tersebut memang diformulasikan dengan dosis untuk anak (maksud saya, dosis obat adalah dosis untuk anak-anak). Dan lagi, perlu diketahui, obat pada produk untuk anak, biasanya diformulasikan supaya lebih bisa ditoleransi olah tubuh anak.
Obat-obat penyakit cacing:
  1. Mebendazol, Tiabendazol, Albendazol
  2. Piperazin, Dietilkarbamazin
  3. Pirantel, Oksantel
  4. Levamisol
  5. Praziquantel
  6. Niklosamida
  7. Ivermectin
Banyak obat cacing memiliki khasiat yang efektif terhadap satu atau dua jenis cacing saja. Hanya beberapa obat saja yang memiliki khasiat terhadap lebih banyak jenis cacing (broad spectrum) seperti mebendazol.Mekanisme kerja obat cacing yaitu dengan menghambat proses penerusan impuls neuromuskuler sehingga cacing dilumpuhkan. Mekanisme lainnya dengan menghambat masuknya glukosa dan mempercepat penggunaan (glikogen) pada cacing.
Komposisi obat cacing
Komposisi obat cacing yang beredar di pasaran terbagi dalam 2 kelompok, yaitu broad spectrum dan narrow spectrum. Untuk membedakannya konsumen dapat membaca pada label atau kemasan obat cacing.Komposisi obat cacing dalam kelompok broad spectrum berarti obat cacing tersebut dapat digunakan untuk beberapa atau segala jenis cacing antara lain :
  1. Mebendazole. Zat ini mampu membunuh beberapa jenis cacing secara perlahan dengan menghambat sintesis mikrotubulus dan menghalangi kemampuan cacing untuk memanfaatkan glukosa. Selain itu ia juga bekerja dengan menghancurkan sitoplasma yang teradapat dalam sel usus sehingga cacing tak mendapatkan makanan maka akan mati. Penggunaan obat cacing berkomposisi mebendazole efektif untuk mengatasi cacing cambuk, cacing gelang, cacing tambang dan cacing kremi. Nilai lebih dari zat ini adalah ia tidak mudah diserap oleh tubuh dan hanya menyerang cacing saja sehingga tidak mempengaruhi konisi tubuh penderita.
  2. Pirantel pamoat. Komposisi obat ini bekerja dengan cara menghambat neuromuskuler yang membuat cacing menjadi tak berdaya secara tiba-tiba sehingga cacing tak mampu lagi menempel pada dinding usus, akibatnya cacing akan otomatis keluar bersama feses atau muntah. Obat cacing yang mengandung zat ini berguna untuk mengatasi jenis cacing tambang, cacing kremi dan cacing gelang.
  3. Piperazine. Piperazine adalah senyawa organik yang mengandung atom nitrogen dan bersifat larut dalam air. Zat ini bekerja dalam usus dengan melumpuhkan cacing sehingga cacing keluar bersama kotoran. Obat cacing ini bermanfaat mengatasi cacing gelang dan cacing kremi.
  4. Albendazole. Senyawa ini bekerja dengan melakukan degenartif sel usus cacing sehingga cacing tak mampu menyerap glukosa dari manusia dan membuat cacing menguras habis toko glikogen mereka sebagai pengganti energi. Hal ini membuat cacing lemah dan kemudian mati. Obat ini untuk mengatasi cacing pipih, cacing cambuk dan cacing kremi.
Pada kelompok obat cacing narrow spectrum bertujuan untuk mengobati infeksi cacing yang disebabkan oleh satu jenis cacing. Adapun cara kerja obat ini secara umum langsung membunuh cacing yang menjadi sasarannya. Beberapa komposisinya adalah:
  1. Niklosamide. Obat ini bekerja dengan langsung membunuh cacing pita bahkan lebih sering kemudian menghancurkannya sehingga cacing akan langsung keluar bersama kotoran. obat cacing ini biasanya berbentuk tablet kunyah yang efektif hanya bagi cacing pita.
  2. Pyrvinium. Zat ini bekerja efektif hanya khusus untuk infeksi yang disebabkan oleh cacing kremi.
  3. Befenium hidroksinaftoat. Obat cacing ini khusus dipergunakan untuk membunuh cacing tambang.
Kebanyakan produk obat cacing yang ada di pasaran adalah jenis broad-spectrum (silakan lihat sendiri di komposisi obat).

Obat Herbal Cacingan
Gejala cacingan yaitu tubuh kurus dan perut membuncit. Cacingan disebabkan oleh telur cacing yang masuk ke dalam perut dan menetas menjadi anak cacing (larva). Di dalam perut inilah larva cacing mengisap sari makanan. Hal inilah yang menyebabkan orang yang mengidap cacingan menjadi kurus meskipun banyak makan.
Pengobatan
Ramuan 1 :
25 gram bangle, 25 gram temu hitam, 10 gram biji ketumbar, dan 5 buah tangkai daun sirih (diiris-iris tipis) direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc kemudian diminum selagi hangat, untuk 2 kali minum.
Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari
Ramuan 2 :
60 gram krokot segar direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat dan krokotnya dimakan.
Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari
Ramuan 3 (Khusus untuk Cacing Kremi):
1 pilah daun pepaya dan 15 gram akar pohon bunga melati direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat.
Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari
Ramuan 4 (Khusus untuk Cacing Kremi):
3 butir bawang putih, 30 gram akar pepaya, dan gula merah secukupnya (dipotong-potong) direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc. Airnya diminum selagi masih hangat, untuk dua kali minum.
Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari
Ramuan 5 (Khusus untuk Cacing Gelang):
2 sendok makan biji pepaya yang sudah dikeringkan digiling hingga menjadi bubuk, diseduh dengan ½ gelas air, tambahkan madu secukupnya, diaduk hingga rata, kemudian diminum.
Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari
Ramuan 6 :
3 gram biji ceguk , 2,5 gram rimpang temu hitam, 3 gram rimpang temu giring matang dihaluskan campurkan dengan 110 ml air matang, peras.
Pemakaian : Minum 1 kali sehari sebanyak 100 ml dan diulang selama 3 hari.
Ramuan 7 :
3-5 butir biji jeruju digiling sampai halus, lalu seduh dengan ½ cangkir air panas. Dinginkan
Pemakaian : Minum sekaligus. Lakukan selama 2-4 hari berturut-turut.
Ramuan 8 :
¼ butir buah kelapa dan 1 buah wortel diparut, lalu campur dengan segelas air. Setelah itu, peras dan saring.
Pemakaian : Minum pada malam hari menjelang tidur.
Ramuan 9 :
7 gram akar delima kering diccuci,dipotong-potong, lalu direbus dengan satu gelas air selama 15 menit. Setelah dingin, saring.
Pemakaian : minum sekaligus.
Ramuan 10 :
15 gram kulit delima kering, 15 gram serbuk biji pinang, dan 3 gelas air bersih direbus hingga mendidih dengan api kecil selama 1 jam. Setelah dingin, saring.
Pemakaian : Minum sekaligus sebelum makan pagi.
2.2 Penyakit Cacing
Di negara berkembang seperti Indonesia, penyakit cacing merupakan penyakit rakyat umum. Infeksinya pun dapat terjadi secara simultan oleh beberapa cacing sekaligus.Infeksi cacing umumnya terjadi melalui mulut, kadang langsung melalui luka di kulit (cacing tambang, dan benang) atau lewat telur (kista) atau larva cacing, yang ada dimana-dimana di atas tanah.
Cacing yang merupakan parasit manusia dapat dibagi dalam 2 kelompok, yakni
  1. Platyhelminthes. Ciri-cirinya bentuk pipih, tidak memiliki rongga tubuh dan berkelamin ganda (hemafrodit). Cacing yang termasuk golongan ini adalah cacing pita (Cestoda) dan cacing pipih (Trematoda).
  2. Nematoda (roundworms). Ciri-cirinya bertubuh bulat, tidak bersegmen, memiliki rongga tubuh dengan saluran cerna dan kelamin terpisah. Infeksi cacing ini disebut ancylostomiasis (cacing tambang), trongyloidiasis, oxyuriasis (cacing kremi), ascariasis (cacing gelang) dan trichuriasis (cacing cambuk).
http://medicastore.com/apotik_online/image/siklus_hidup_ascaria.jpg
Gambar. Siklus hidup cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
Cacing golongan nematoda tersebut menyebabkan infeksi cacing usus (soil-transmitted helminthasis). Hidupnya berkaitan dengan perilaku bersih dan kondisi sanitasi lingkungan.Bila terdapat anemia, penderita harus diobati dengan sediaan yang mengandung besi. Selain itu, wanita hamil tidak boleh minum obat cacing karena memiliki sifat teratogen (merusak janin) yang potensial.
Di medicastore anda dapat mencari informasi obat cacing seperti ; kegunaan atau indikasi obat, generik atau kandungan obat, efek samping obat, kontra indikasi obat, hal apa yang harus menjadi perhatian sewaktu konsumsi obat, gambar obat yang anda pilih hingga harga obat dengan berbagai sediaan yang dibuat oleh pabrik obat. Sehingga anda dapat memilih dan beli obat cacing sesuai dengan resep dokter anda.
Cacing dan Jenisnya
Menurut penelitian, dr Adi Sasongko MA, Direktur Pelayanan Kesehatan di Yayasan Kusuma Buana menyatakan ada 3 jenis cacing yang sering ditemukan dalam usus manusia, yaitu cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk(Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus). Tanpa kita sadari, telur cacing gelang dan cambuk sebenarnya ada di mana-mana. Di udara, telur cacing yang berbahaya ini bercampur dengan debu, lalu diterbangkan angin. Telur cacing ini bisa hinggap pada makanan atau minuman yang dibiarkan terbuka. “Jika makanan dan minuman itu dikonsumsi, maka ikut pula telur cacing itu. Dalam usus telur ini berkembang menjadi larva, untuk kemudian menjadi cacing dewasa.”



Setiap cacing memiliki ciri-ciri spesifik sebagai berikut:
1. Cacing Gelang
Warna : Merah muda atau putih
Besarnya : 20 – 30 cm
Hidup di : Usus kecil
Cacing gelang bisa mencapai panjang 15-35 cm, meski berada dalam perut manusia. Cacing ini juga mampu bertelur hingga 200.000 butir per hari, yang sebagian keluar bersama dengan tinja. Cacing ini adalah yang paling sering ditemukan.
Cara Penularannya:
1. Telur cacing masuk melalui mulut
2. Menetas di usus kecil menjadi larva
3. Larva dibawa oleh aliran darah ke paru-paru melalui hati
4. Bila larva ini sampai ke tenggorokan dan tertelan, mereka masuk ke dalam usus kecil dan menjadi dewasa di sana Cacing gelang dapat mengisap 0,14 gr karbohidrat setiap hari
2.Cacing Cambuk
Warna : Merah muda atau abu-abu
Besarnya : 3 – 5 cm
Hidup di : Usus besar
Cara Penularannya:
1. Telur cacing tertelan bersama dengan air atau makanan
2. Menetas di usus kecil dan tinggal di usus besar
3. Telur cacing keluar melalui kotoran dan jika telur ini tertelan, terulanglah siklus ini
Sementara cacing cambuk (disebut begitu karena bentuknya seperti cambuk), panjangnya bisa mencapai 45 milimeter dan hidup dalam usus besar. Cacing ini, kalau mengeram dalam perut, bisa sangat merepotkan. Cacing ini bisa menyebabkan eseorang diare disertai ingus dan darah. Keadaan ini bisa berlangsung berbulan-bulan. Cacing cambuk menghisap sari makanan dan darah.
3.Cacing Tambang
Warna : Merah
Besarnya : 8 – 13 mm
Hidup di : Usus kecil
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh cacing tambang yaitu necator americanus dan ancyvostama deledenale. Telur cacing ditemukan pada tinja dan akan menetas menjadi larva dalam 1-2 hari atau setelah 3 minggu. Kemudian berubah menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit manusia, lalu masuk ke kapiler darah menuju jantung kanan kemudian ke paru-paru lalu ke bronkus masuk ke trakea, laring dan usus halus.


Manifestasi Klinis
- Bila larva folariform menembus kulit maka terjadi groum itch pada kulit.
- Stadium dewasa
Gejalah tergantung pada spesies dan jumlah cacing serta keadaan gisi pasien. Kedua jenis cacing tambang dapat menyebabkan anemia hipokrom mikrositik. Tiap cacing menyebabkan kehilangan darah 0,0005-0,100ml sehari (N. americanus ). 0.08-0,34ml sehari ( A duodenale ). Keadaan tidak menyebabkan kematian tetapi dapat menurunkan daya tahan tubuh dan prestasi kerja.


Cara Penularannya:
1. Larva menembus kulit kaki
2. Melalui saluran darah larva dibawa ke paru-paru yang menyebabkan batuk
3. Larva yang ditelan menjadi dewasa pada usus kecil dimana mereka menancapkan dirinya untuk mengisap darah
Lebih ganas lagi adalah cacing tambang. Cacing ini menghisap darah dari dinding usus. Penularan cacing ini melalui telur yang keluar bersama tinja, untuk kemudian menetas menjadi larva. Pada saat berjalan tanpa alas kaki, larva ini dapat menembus kulit kaki dan selanjutnya terbawa oleh pembuluh darah ke dalam usus dan menetap di usus halus. Ukuran cacing ini paling kecil bila dibandingkan kedua cacing lainnya, hanya dapat mencapai 13 milimeter.

4.Cacing Kremi

Warna : Putih
Besarnya : 1 cm
Hidup di : Usus besar
Infeksi Cacing Kremi (Oksiuriasis, Enterobiasis) adalah suatu infeksi parasit yang terutama menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius vermicularis tumbuh dan berkembangbiak di dalam usus.

Perjalanan penyakit

Cacing Enterobius vermicularis menyebabkan infeksi cacing kremi yang disebut juga enterobiasis atau oksiuriasis. Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Pertama, telur cacing pindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, seprei atau mainan. Kemudian melalui jari-jari tangan, telur cacing pindah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya tertelan. Telur cacing juga dapat terhirup dari udara kemudian tertelan. Setelah telur cacing tertelan, lalu larvanya menetas di dalam usus kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus besar (proses pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan telurnya di dalam lipatan kulit anus penderita. Telur tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing betina inilah yang menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat bertahan hidup diluar tubuh manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi telur bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk kembali ke dalam rektum dan usus bagian bawah.Gejalanya berupa:
  1. Rasa gatal hebat di sekitar anus
  2. Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu)
  3. Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing betina dewasa bergerak ke daerah anus dan menyimpan telurnya di sana)
  4. Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa terjadi pada infeksi yang berat)
  5. Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk ke dalam vagina)
  6. Kulit di sekitar anus menjadi lecet, kasar, atau terjadi infeksi (akibat penggarukan).

Komplikasi

  1. Salpingitis (peradangan saluran indung telur)
  2. Vaginitis (peradangan vagina)
  3. Infeksi ulang.

Diagnosis

Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita, terutama dalam waktu 1-2 jam setelah anak tertidur pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis rambut, mereka aktif bergerak.Telur maupun cacingnya bisa didapat dengan cara menempelkan selotip di lipatan kulit di sekitar anus, pada pagi hari sebelum anak terbangun. Kemudian selotip tersebut ditempelkan pada kaca objek dan diperiksa dengan mikroskop.

Pengobatan

Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal obat anti-parasit mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Seluruh anggota keluarga dalam satu rumah harus meminum obat tersebut karena infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang kepada yang lainnya.Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar anus sebanyak 2-3 kali/hari.Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup terus dibuang ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan. Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya sering dicuci untuk memusnahkan telur cacing yang tersisa.
Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi cacing kremi adalah:
  1. Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
  2. Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
  3. Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
  4. Mencuci jamban setiap hari
  5. Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan dan setiap benda yang dipegang/disentuhnya
  6. Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut.

Pencegahan

Sangat penting untuk menjaga kebersihan pribadi, dengan menitikberatkan kepada mencuci tangan setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan. Pakaian dalam dan seprei penderita sebaiknya dicuci sesering mungkin dan dijemur matahari.
Cara Penularannya:
1. Cacing betina bertelur pada malam hari di anus
2. Anus menjadi gatal, garukan pada anus membawa telur cacing ini menyebar melalui kontak  dengan tempat tidur, bantal, sprei, pakaian, telur cacing keremi dibawa ke tempat lain.
3. Jika telur-telur ini termakan, terunglah siklus ini.
Cacing keremi mudah sekali menular dan jika seorang terkena, seluruh keluarga perlu diobati. Pada saat pengobatan, sprei, sarung bantal dan pakaian yang dipakai perlu dicuci

3.2 Bahaya Cacingan Untuk Anak dan Dewasa

Meski sering dianggap angin lalu, penyakit akibat diserapnya makanan oleh cacing di dalam tubuh sebaiknya tidak diremehkan. Dampaknya bagi si penderita ternyata tak kalah berbahaya ketimbang penyakit lain. Apalagi, yang jadi korban kebanyakan adalah anak-anak.“Khususnya anak usia dua tahun ke atas yang mulai bermain di lantai/ tanah. Nah, tanahnya itu sudah tercemar (soiled), terutama oleh kotoran manusia,” kata dr Adi Tagor SpA DPH dari RS Pondok Indah Jakarta.Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis dan sub-tropis, dan biasanya meningkat ketika musim hujan. Pada saat tersebut, sungai dan kakus meluap, dan larva cacing menyebar ke berbagai sudut yang sangat mungkin bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh manusia. Larva cacing yang masuk ke dalam tubuh perlu waktu 1-3 minggu untuk berkembang. Cacing yang biasa “menyerbu” tubuh manusia adalah cacing tambang, cacing gelang, dan cacing kremi.Di Indonesia seharusnya tidak lagi menggunakan septictank untuk keperluan buang air besar. “Khususnya di Jakarta, karena daerahnya sangat padat, seharusnya tinja langsung dibuang ke tempat penampungan, seperti di Singapura.”
Ketika seorang anak yang cacingan buang air besar di lantai, maka telur atau sporanya bisa tahan berhari-hari, meskipun sudah dipel. “Sebelum dapat rumah, larva tidak akan keluar (menetas). Begitu masuk ke usus, baru ia akan keluar.”Selain melalui makanan yang tercemar oleh larva cacing, cacing juga masuk ke tubuh manusia melalui kulit (pori-pori). Dari tanah, misalnya lewat kaki anak telanjang yang menginjak larva atau telur. Bisa juga larva cacing masuk melalui pori-pori, yang biasanya ditandai dengan munculnya rasa gatal.“Setelah menembus kulit, ia masuk ke pembuluh darah vena (balik), lalu menuju paru-paru. Nah, di paru-paru inilah muncul Sindroma Loffler. Anak jadi batuk seperti TBC, berdahak seperti asma. Ini termasuk ke dalam siklus perjalanan cacing.”Setelah itu, cacing menggigit dinding usus bertelur dengan cepat di usus. “Di usus inilah makanan dipecah menjadi nutrient (zat gizi elementer yang sudah bisa diserap oleh usus). Ini yang “dibajak” oleh cacing. Jadi, cacing itu memang berdomisili di usus, karena ia tidak bisa mencernakan sendiri makanan. Ia harus makan yang sudah setengah cerna.”
Selain siklus normal, cacing juga bisa menyebar ke tempat-tempat lain, seperti hati atau bagian tubuh        lain.
Dampak cacingan ternyata tidak sepele. Dari pertumbuhan fisik yang terhambat, hingga IQ loss. Dampak yang paling banyak adalah anemia atau kadar haemoglobin (Hb) rendah. Adi melanjutkan, Hb sangat vital bagi manusia.“Fungsinya seperti alat angkut, seperti truk, yang membawa oksigen dan makanan dari usus ke seluruh organ tubuh,” jelas Adi yang mengibaratkan fungsi kerja Hb yang seperti Bulog yang mengantar beras. “Kalau truk-nya sedikit, ya kiriman berasnya akan telat. Begitu pun pada orang yang anemia. Suplai oksigen dan nutrient ke otak sedikit, ke ginjal sedikit.”Padahal, seorang anak yang sedang tumbuh membutuhkan banyak nutrient. “Nutrisi itu dibagi dua, yaitu makro nutrient (karbohidrat, lemak, protein, air) dan mikro nutrient (vitamin dan mineral). Nah, ini yang dibajak. Jadi, yang gemuk cacingnya, bukan anaknya,” tandas Adi. “Di dalam tubuh, cacing-cacing ini akan beranak lagi, lagi, dan lagi. Kadang-kadang, kalau menggumpal, bentuknya seperti bola. Bisa juga terjadi “erratic”, cacing keluar keluar lewat hidung atau mulut.”Anemia membuat anak gampang sakit karena tidak punya daya tahan. “Gimana mau sehat kalau zat-zat untuk membuat daya tahan, terutama protein, sudah dibajak di usus oleh cacing,” lanjutnya. Anak juga akan kehilangan berat badan, dan prestasi belajar        turun.
Cacingan juga bisa berakibat fatal. “Bisa ke empedu, meski jarang, atau bikin usus bolong. Fatalnya memang tidak secara langsung, tapi karena fisiknya lemah, daya tahan turun, maka penyakit lain pun masuk. Nah, penyakit lain inilah yang bikin fatal.”Gejala cacingan biasanya ditandai dengan sakit perut, diare berulang, dan kembung. “Seringkali juga ada kolik yang tidak jelas dan berulang,” jelas Adi. Kalau sudah parah, “Muka anak akan tampak pucat dan badan kurus. Ini berarti sudah terjadi pemiskinan secara fisik,” lanjut dokter spesialis anak yang juga pemegang diploma kesehatan publik dari Singapura ini.
Kapan orangtua membawa anak ke dokter? Di daerah tropis dan sub-tropis, apalagi di daerah yang sanitasinya buruk, hampir semua anak pasti cacingan. Di daerah miskin, angka cacingan pada anak bahkan dipastikan bisa 100 persen.“Jadi, nggak perlu diperiksa, pasti cacingan. Oleh karena itu, setiap enam bulan sekali pada masa usia tumbuh, yaitu usia 0 sampai sekitar usia 15 tahun, anak diberi obat cacing.” Jangka waktu enam bulan ini untuk memotong siklus kehidupan cacing.
Menurut Adi Tagor, orang dewasa pun bisa cacingan. “Obat cacingnya untuk orang dewasa juga ada, tapi diberikan setahun sekali.” Yang membedakan cacingan pada anak dan pada dewasa adalah, anak-anak masih tumbuh dan berkembang, sementara orang dewasa sudah tidak lagi tumbuh dan berkembang. “Orang dewasa juga masih bisa survive, bisa melawan sendiri cacing yang ada.”Yang harus dicermati adalah, kira-kira 60-80 persen penyakit yang terjadi pada usia dewasa dimulai di usia pertumbuhan. Misalnya, anemia kronis akibat cacingan. Ini akan membuat jumlah sel otak berkurang karena kekurangan nutrisi selama masa tumbuh kembang.Akibatnya, ketika dewasa, kualitas fisik dan IQ orang tersebut tentu akan berkurang juga. Contoh lain, ketika kecil terkena penyakit infeksi yang tidak ketahuan. “Setelah dewasa sakit ginjal, dan sebagainya.”




BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PENGOBATAN
Pengobatan yang tersebar di masyarakat dengan cara meminum obat cacing di warung atau pasaran, maka semua cacing dalam perut akan mati.dengan demikian tubuh pun akan terbebas dari cacing.Sebenarnya minum obat cacing sifatnnya hanya membuang cacing  dari dalam tubuh tapi tidak membuat tubuh menjadi kebal terhadap cacing,meminum obat cacing bukanlah solusi untuk menghilangkan cacing.Cacing memang hilang tapi hanya sementara waktu.Sebaiknya apabila ada yang menderita cacingan,si penderita harus memeriksakan di labolatorium setelah sebelumnya memeriksakan diri pada dokter atau puskesmas.Biasanya yang diperiksa adalah tinja si pasien untuk mengetahui jenis cacing apa yang menyerang.Data tentang jenis cacing ini sangat berguna untuk tahap pengobatan selanjutnya sehingga pemberian obatnya tidak salah.kemudian di beri obat cacing yang tepat yang dosisnya sesuai dengan berat badan pasien.Dalam penghitungan dosis,yang paling baik dengan berat badan,karena apabila dengan umur pemberian dosisnya kurang tepat.Obat yang di berikan juga menambah tubuh pasien menjadi kebal.Setelah sembuh sebaiknya tetap di periksakan maximal 6 bulan sekali,untuk mengetahui apakah terkena cacingan lagi atau tidak.Dan harus di imbangi dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan sehingga cacing tersebut tidak menyerang kembali.Pada anak kecil di bawah 2 tahun sebaiknya kita sering memeriksakannya karena kita sulit mengawasi anak untuk tidak memasukkan tangan yang kotor selama 24,dan pemberian obat cacing di bawah 2 tahun tidak dianjurkan  dilakukan setiap enam bulan karena harus berdasarkan diagnosis.Jadi yang harus diperiksa enam bulan sekali itu adalah pemeriksaan diagnosisnya yang berupa pemeriksaan tinja anak..Pada kasus anak kita juga harus membedakan apakah anak tersebut menderita cacingan atau tidak,sehingga kita kebih waspada lagi terhadap penyakit cacingan ini.Pada anak mempunyai perut buncit belum tentu menderita cacingan,jadi sebaiknya lakukanlah pemeriksaan.Apabila seorang ibu tidak mempunyai cukup uang untuk melakukan pemeriksaan dan menganggap bahwa pemeriksaan itu ribet atau merasa jijik maka pemeriksaan bisa di lakukan sendiri dengan cara mengamati tinja tersebut,apabila terdapat cacing maka segeralah periksakan dan berikanlah obat cacing yang sesuai dengan jenis cacingnya.
Contoh Dosis obat 
Mebendazol(secara oral)

Untuk mencegah enterobiasis dewasa 100mg dosis tunggal bila belum sembuh dalam 3 minggu pengobatan di ulangi. Tablet boleh di kunyah, di telan dan di campur dengan makanan.
- Anak ( < 2 tahun ) sama seperti dewasa
- Untuk cacing gelang 2 tablet 100mg dosis tunggal
- Untuk friehetriasis dan cacing tambang dewasa 100mg 2 kali sehari( pagi dan malam ) selama 3 hari berturut-turut, bila belum sembuh dalam 2 minggu pengobatan diulangi. Anak sama seperti dewasa cara pemberian dan penyesuaian dosis tidak diperlukan.

3.2 Tips Menghindari Cacingan
  • Biasakan anak untuk membersihkan tangan dengan sabun, sebelum makan, seusai makan, atau setelah bermain, khususnya di luar rumah.
  • Potong kuku anak secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi tempat bermukim larva cacing.
  • Ajari anak untuk tidak terbiasa memasukkan tangan ke dalam mulutnya.
  • Jaga kebersihan sanitasi lingkungan, misalnya dengan rajin membersihkan kakus atau septictank.
  • Memakai alas kaki kemanapun pergi
  • Apabila terjadi banjir segeralah membersihkan sampah atau kotorannya
  • Periksakanlah setiap enam bulan sekali
  • Jangan di biasakan mengkonsumsi obat di pasaran tanpa mengetahui jenis cacing yang di derita
  • Jangan membuang tinja di daerah terbuka seperti di kebun atau halaman rumah
  • Bacalah buku-buku yang membahas tentang cacing,sehingga lebih memahami apa saja yang harus dilakukan
  • Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
  • Mencuci jamban setiap hari
  • Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan dan setiap benda yang dipegang/disentuhnya
  • Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut
.














BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
          Penderita yang terkena cacing sebaiknya dilakukan pemeriksaan ke dokter atau puskesmas dan melakukan pemeriksaan tinja,sebelum di berikannya obat.karena pemeriksaan tinja ini sangat berguna untuk mengobati dan tubuh menjadi kebal terhadap cacing tersebut.Sebenarnya bukanlah pemberian obat yang harus di minum setiap enam bulan sekali akan tetapi pemeriksaan tinjalah yang harus dilakukan sebanyak enam bulan sekali.Dosis yang di berikan bagi orang dewasa dan anak di bawah umur 2 tahun harus di bedakan.Karena pada anak di bawah usia 2 tahun masih rentan erhadap obat.Kebersihan lingkungan juga harus di jaga supaya tidak terkena penyakit cacingan.Apabila kita hendak bepergian keluar rumah gunakanlah alas kaki seperti sandal.
4.2 SARAN
Penulisan makalah ini masih belum lengkap dan belum tertuang secara detail terhadap topik yang saya bahas. Oleh karena itu, saya menyarankan kepada penulis selanjutnya untuk menggali dan menelaah lebih dalam lagi tentang obat cacing yang belum tertulis dalam makalah ini.















DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar