UJIAN
AKHIR SEMESTER MATA KULIAH BIOKIMIA (TAKE HOME)
“HUBUNGAN
PENYAKIT FENILKETONURIA DENGAN TERAPI DIET PROTEIN”
SEMESTER
II
Dosen
: Vita Kumalasari,S.Si.,M.Eng
\\
Disusun
:
Nama :Sri Hernawati Florentina
NIM :14.11.2743
Kelas :G/KM/II
Bidang Study :Biokimia
KONSENTRASI
SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAN REKAM MEDIS
PROGRAM
STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2012
Daftar isi
HALAMAN
JUDUL................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Masalah...........................................................................................
1.2 Perumusan
Masalah..................................................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................................................
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 .. Pengertian
protein..................................................................................................
2.2 .. Kebutuhan
protein di dalam tubuh .......................................................................
2.3 Penyakit Fenilketonuria............................................................................................
Bab III Pembahasan ..................................................................................................................
Bab IV
penutup
4.1 kesimpulan................................................................................................................
4.2 saran..........................................................................................................................
Daftar pustaka............................................................................................................................
Lampiran
Bab I
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang Masalah
Fenilketonuria (bahasa Inggris: Phenylketonuria, PKU) adalah gangguan desakan autosomal genetis
yang dikenali dengan kurangnya enzim fenilalanin hidroksilase (PAH). Enzim ini sangat penting
dalam mengubah asam amino fenilalanina menjadi asam amino tirosina. Jika tubuh kekurangan PAH,
fenilalanina akan mengumpul dan berubah menjadi fenilketon, yang bisa dideteksi dari urin. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat menimbulkan masalah
dalam perkembangan otak, menyebabkan fungsi mental menurun
drastis dan serangan-serangan. Meski demikian, PKU merupakan salah satu dari
sedikit penyakit genetis yang bisa dikendalikan melalui diet. Pasien yang diet
rendah fenilalanina dan tinggi tirosina hampir dapat sembuh total.
Fenilalanin
adalah salah satu asam amino esensial, yaitu
asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh tapi tidak dapat diproduksi oleh
tubuh dalam jumlah yang memadai. Kebutuhan fenilalanin ini dipenuhi dari sumber
makanan.Pada orang normal, kadar fenilalanin di dalam darah adalah di bawah 4
mg %. Namun pada penderita penyakit defisiensi enzim hidroksilase fenilalanin,
maka kadar fenilalanin menjadi tinggi. Pada keadaan defisiensi atau kekurangan
enzim tsb, fenilalanin di dalam darah tidak bisa diubah menjadi tirosin.
Akibatnya kadar fenilalanin darahnya akan tinggi di atas normal.
Di Amerika dilaporkan kemungkinan penderita ini 1:15.000
orang saja, sedangkan di Indonesia sendiri, belum ada laporan kasus PKU. Ciri
penderita PKU umumnya mengalami keterbelakangan mental. Namun retardasi yang
terjadi, sudah dibawa sejak lahir (diturunkan secara genetik) dan bukan akibat
sakit panas yang diderita saat kecil.
Insiden PKU kira-kira satu dari setiap 10.000 sampai 20.000
kelahiran. Pria dan wanita memiliki peluang yang sama untuk mendapat PKU.
Biasanya orang kulit putih (kaukasia) dan orang Oriental yang berpeluang besar
menderita PKU. Untunglah, orang Indonesia hanya berpeluang kecil untuk
menderita penyakit ini. Awalnya bayi dengan PKU lahir dengan normal. Kebanyakan
penderitanya memiliki mata yang biru, rambut dan kulit yang lebih cerah atau
terang daripada anggota keluarganya yang lain. Sekitar lebih 50% bayi PKU
memiliki gejala awal seperti muntah, rewel, dan bintik-bintik merah pada kulit
(eczema-like rash).
Gejala lain yang juga sering terjadi antara lain
keterbelakangan mental, kejang-kejang, tidak tahan pada cahaya, pigmen tubuh
berkurang dan tubuh berbau apek.
Bagi penderita fenilketonuria (PKU), memilih makanan yang
aman untuk dikonsumsi menjadi cobaan yang cukup berat. Mereka nyaris tidak
mengkonsumsi protein sehingga kekurangan makronutrien esensial tersebut harus
ditutupi dari formula asam-asam amino yang rasanya sangat pahit. Jika diet ini
dilanggar, mereka bisa mengalami kerusakan sistem saraf yang permanen.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan
masalah dalam penilitian ini adalah“Hubungan penyakit
Fenilketonuria dengan terapi diet protein”
1.3
Tujuan
Ø Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara penyakit fenilketonuria dengan terapi diet protein.
Ø Mengetahui gambaran tentang penyakit
fenilketonuria
Ø Mengetahui hubungan fenilketonuria dengan
reterdasi mental atau idiot
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian protein
Protein (asal
kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi
yang merupakan polimer
dari monomer-monomer asam amino
yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan
peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan
kadang kala sulfur
serta fosfor.
Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Protein merupakan salah satu dari biomolekul
raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang
merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah
satu molekul
yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838. Protein ini
memiliki banyak struktur sekunder beta-sheet dan alpha-helix yang
sangat pendek. Model dibuat dengan menggunakan koordinat dari Bank Data Protein
(nomor 1EDH).Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa
struktur primer (tingkat satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga),
dan kuartener (tingkat empat).
Protein sendiri mempunyai banyak sekali fungsi di tubuh kita.
Pada dasarnya protein menunjang keberadaan setiap sel tubuh, proses kekebalan tubuh.
Setiap orang dewasa harus sedikitnya mengonsumsi 1 g protein per kg berat
tubuhnya.
Asam amino itu banyak jenisnya, salah satunya adalah yang
disebut fenilalanin. Jadi fenilalanin adalah salah satu jenis asam amino hasil
pemecahan protein yang berasal dari makanan yang mengandung protein. Semua
makanan yang mengandung protein, baik protein hewani maupun protein nabati,
bila sudah masuk ke dalam usus, maka akan di uraikan menjadi berbagai jenis
asam amino, di antaranya dalam bentuk asam amino fenilalanin.
Jadi makanan yang mengandung fenilalanin itu banyak jenisnya, sebanyak jenis makanan yang berprotein. Di mana ada makanan yang berprotein maka di situ pula ada fenilalanin, hanya kadarnya saja yang berbeda-beda. Protein hewani misalnya :daging, susu, keju, telur , ikan, dll. Ataupun protein nabatiseperti kacang-kacangan, serealia, buah-buahan, dsb.
Jadi makanan yang mengandung fenilalanin itu banyak jenisnya, sebanyak jenis makanan yang berprotein. Di mana ada makanan yang berprotein maka di situ pula ada fenilalanin, hanya kadarnya saja yang berbeda-beda. Protein hewani misalnya :daging, susu, keju, telur , ikan, dll. Ataupun protein nabatiseperti kacang-kacangan, serealia, buah-buahan, dsb.
Pergantian protein berasal dari pemecahan terutama protein
otot menjadi asam amino dari asam amino yang sesuai.Walaupun demikian, sekitar
75 – 80% dari asam amino yang dilepaskan dipakai kembali untuk sintesis protein
baru, sisanya akan dimetabolisme menjadi sisa nitrogen dan glukosa, keton, dan
atau karbon dioksida. Katabolisme Asam amino yang melebihi keperluan untuk
biosintesis protein tidak dapat disimpan, juga tidak dapat diekskresi
sedemikian rupa. Gugus amino dari kelebihan asam amino dikeluarkan dengan
transaminasi atau deaminasi oksidatif,dan rangka karbonnya dikonversi menjadi
perantara amfibolik.Amonia bersifat toksik terhadap system saraf pusat dengan
mekanismeyang tidak lengkap dimengerti tetapi mungkin melibatkan pembalikan
reaksi glutamat dehdirogenase dan pengurangan -ketoglutarat yang di
akibatkannya, suatu perantara yang diperlukan dalam a siklus asam sitrat. Asam
urat dan garam-garamnya sangat tidak larut dan mengendap dalam jaringan dan
cairan bila konsentrasinya melampaui beberapa milligram per desiliter. Oleh
karena itu, tak satupun hasil akhir metabolisme nitrogen ditolerir dengan baik
oleh organism yang lebih tinggi. Sesuai dengan itu, manusia dan mamalia telah
berkembang dengan kapasitas mengkonversi sisa nitrogennya menjadi senyawa urea
yang sangat larut dan tidak toksik.
Kekurangan
Protein bisa berakibat fatal:
- Kerontokan rambut (Rambut terdiri dari 97-100% dari Protein -Keratin)
- Yang paling buruk ada yang disebut dengan Kwasiorkor, penyakit kekurangan protein.
- Kekurangan yang terus menerus menyebabkan marasmus dan berkibat kematian.
Keuntungan Protein
- Sumber energi
- Pembetukan dan perbaikan sel dan jaringan
- Sebagai sintesis hormon,enzim, dan antibodi
- Pengatur keseimbangan kadar asam basa dalam sel
2.2 Kebutuhan protein di dalam tubuh
Ada 20 asam amino esensial dalam tubuh. Fenilalanina adalah
salah satu dari ini.Asam amino esensial ini harus disediakan dari sumber
eksternal seperti makanan. Mereka disebut "penting" karena mereka
dibutuhkan bagi tubuh untuk berfungsi dengan baik dan tumbuh secara
normal.Namun, terlalu banyak dari asam amino mungkin buruk bagi tubuh. Overdosis
fenilalanina menyebabkan fenilalanina hidroksilase, enzim yang hadir dalam
hati, untuk mengubahnya menjadi asam amino yang lain disebut tirosina.Jika ada
kurangnya kekurangan enzim ini ada resultan peningkatan membangun sampai
fenilalanina dalam jaringan darah dan darah terutama di otak.Jika asam amino
ini menumpuk di otak mungkin ada kerusakan otak ireversibel dan kadang-kadang
parah. Kondisi ini disebut Fenilketonuria atau PKU.
Fenilalanin adalah salah satu asam amino esensial, yaitu asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh tapi
tidak dapat diproduksi oleh tubuh dalam jumlah yang memadai. Kebutuhan
fenilalanin ini dipenuhi dari sumber makanan.Pada orang normal, kadar
fenilalanin di dalam darah adalah di bawah 4 mg %. Namun pada penderita
penyakit defisiensi enzim hidroksilase fenilalanin, maka kadar fenilalanin
menjadi tinggi. Pada keadaan defisiensi atau kekurangan enzim tsb, fenilalanin
di dalam darah tidak bisa diubah menjadi tirosin. Akibatnya kadar fenilalanin
darahnya akan tinggi di atas normal.
Fenilalanin
itu adalah salah satu bagian protein dari makanan yang mengandung protein.
Bahwa komponen protein yang kita makan, setelah masuk ke dalam usus akan
dipecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi yang disebut dengan asam amino,
sehingga memungkinkan untuk bisa diserap oleh pembuluh darah yang ada di
dinding usus. Selanjutnya asam amino ini masuk ke dalam peredaran darah untuk
di sebarkan ke seluruh tubuh.
Semua
makanan yang mengandung protein, baik protein hewani maupun protein nabati,
bila sudah masuk ke dalam usus, maka akan di uraikan menjadi berbagai jenis
asam amino, di antaranya dalam bentuk asam amino fenilalanin.
Bagi
orang yang normal, fenilalanin itu justru sangat diperlukan dalam pembentukan
tirosin, di antaranya untuk keperluan dalam pembentukan sel tubuh dan
metabolisme.Adapun yang harus berhati-hati terhadap fenilalanin itu hanyalah
bagi mereka yang menderita cacat enzim bawaan yang disebut penderita penyakit
Fenilketonuria.Pada penderita Fenilketonuria, ada cacat dalam tubuhnya yaitu berupa
defisiensi (kekurangan) enzim tubuh yang bertugas mengubah Fenilalanin menjadi
Tirosin. Enzim yang kurang ini bernama enzim "hidroksilase
fenilalanin".
Pada
penderita ini, enzim "hidroksilase fenilalnin" -nya sedikit sekali,
sehingga tak mampu mengubah seluruh fenilalain yang ada di darah (berasal dari
makanan) untuk diubah menjadi tirosin. Sehingga hanya sedikit saja fenilalanin
yang mampu diubah menjadi Tirosin.
Akibatnya
makin lama fenilalanin akan semakin bertumpuk di dalam darah penderita. Kadar
fenilalanin yang tinggi di darah, akan menggangu fungsi otak, sehingga bila hal
ini terjadi pada bayi bisa menyebabkan idiot (mental retarded).
Bila
ditemukan, maka akan segera dilakukan treatment agar bisa hidup seperti halnya
bayi normal lainnya, sehingga bayi ini bisa terhindar dari idiot atau retardasi
mental. Nah, bayi semacam inilah yang harus berhati-hati terhadap fenilalanin,
harus dijaga diet atau makanannya supaya mengkonsumsi makanan rendah
fenilalanin hingga dewasa, seumur hidup.
Jadi
bagi manusia normal, yang tidak menderita Fenilketonuria, maka konsumsi bahan
makanan sumber protein/ fenilalanin tidaklah menjadi masalah. Fenilketonuria
ini, ibarat penyakit kencing manis saja. Kalau kencing manis itu harus
membatasi makanan yang manis atau glukosa yang tinggi, atau tinggi kalori, tapi
kalau pada penyakit Fenilketonuria yang harus dikurangi adalah konsumsi makanan
sumber fenilalanin atau protein.
2.3 Penyakit
Fenilketonuria
Phenylketonuria merupakan gangguan genetik yang ditandai
dengan ketidakmampuan tubuh memetabolisme asam amino phenylalanine.
Fenilketonuria adalah suatu kelainan di dalam tubuh, dimana
tubuh tidak dapat memproduksi enzim yang berfungsi menguraikan asam amino
esensial fenilalanin menjadi asam amino non esensial tirosin. Di dalam tubuh
tirosin akan disintesa menjadi 2 penghantar saraf yang penting yang berperan
pada berkembangnya penyakit parkinson dan juga hilangnya keinginan melakukan
hubungna seksual pada usia lanjut. Karena memberi efek yang berbahaya,
penderita fenilketonuria sebaiknya mengurangi konsumsi makanan yang mengandung
fenilalanin. Menurut hasil penelitian penderita Fenilketonuria PKU (penderita
fenilketonuria) sangat jarang ditemukan.
Gejala awal yang ditemukan pada penderita saat mengkonsumi
pangan yang mengandung fenilalanin adalah lemas, pusing dan keringat dingin.
Sedang dalam tahap lanjutan jika jumlah fenilalanin yang dikonsumsi terlalu
besar, tentunya dapat mempengaruhi organ tubuh penderita.
Beberapa pengaruh yang dilaporkan adalah rusaknya jaringan otak, lebih parahnya kondisi retardasi mental, kulit menjadi pucat, pigmentasi rambut dan mata berkurang, otot pegal dan sakit. Untuk kerusakan ginjal, belum dilaporkan hingga saat ini.
Beberapa pengaruh yang dilaporkan adalah rusaknya jaringan otak, lebih parahnya kondisi retardasi mental, kulit menjadi pucat, pigmentasi rambut dan mata berkurang, otot pegal dan sakit. Untuk kerusakan ginjal, belum dilaporkan hingga saat ini.
Gejala PKU sebenarnya dapat dihindari dengan “newborn
screening” (pemeriksaan awal), identifikasi dini, dan manajemen yang tepat. PKU
diturunkan secara resesif. Ini artinya seorang penderita PKU mendapat dua sifat
PKU dari kedua orang tuanya (masing-masing satu sifat). Jika hanya mendapat
satu gen sifat PKU saja, maka orang tersebut disebut pembawa PKU (carrier).
Seorang pembawa tidak memiliki gejala PKU.
Penyakit ini disebabkan oleh adanya mutasi pada gen enzim
phenylalanine Hydroxylase (PAH) yang terletak pada lengan kromosom 12q.
Komplikasi dari phenylketonuria adalah agoraphobia. Dimana penderitanya takut
berada di ruang terbuka. Selain itu, komplikasi yang terjadi tidak jauh beda
dengan gejala-gejala yang ditimbulkan. Komplikasi lain yang cukup signifikan
adalah keterbelakangan mental penderita PKU.
Bab III Pembahasan
Fenilalanin adalah salah satu jenis asam amino hasil
pemecahan protein yang berasal dari makanan yang mengandung protein. Bagi orang
yang normal, fenilalanin itu justru sangat diperlukan dalam pembentukan
tirosin, di antaranya untuk keperluan dalam pembentukan sel tubuh dan
metabolisme.
Tubuh manusia tidak menggunakan fenilalanin, tetapi mempunyai
enzim, yaitu fenilalanin hidroksilase, yang mengubahnya menjadi tiroksin.
Secara genetik, beberpa orang tidak mempunyai enzim ini, sehingga dalam
tubuhnya dapat terjadi akumulasi fenilalanin. Keadaan ini akan menyebabkan
kerusakan otak yang dikenal sebagai fenilketonuria (PKU).
Penderita PKU diharuskan untuk menghindari makanan yang
mengandung terlalu banyak protein.Selain makanan-makanan yang banyak mengandung
protein, penderita PKU juga harus menghindari konsumsi pemanis atau gula yang
disebut “aspartame”. Sebab dalam gula aspartame ini juga terkandung
phenylalanine. Sekarang ini banyak sekali obat-obatan, vitamin, dan makanan
yang menggunakan aspartame. Tapi untuk berbagai makanan lain yang tidak
mencantumkan label peringatan, penderita dan keluarganya tentu harus lebih
ekstra hati-hati lagi.Maka ada baiknya jika penderita PKU memiliki catatan
kecil yang berisi daftar obat-obatan atau makanan yang mengandung aspartame.
Terapi pertama yang harus dilakukan adalah menghindari
konsumsi protein tinggi. Karena di dalam makanan berprotein tinggi ditemukan
banyak asam amino yang dapat memicu akumulasi phenylalanine. Untuk mencegah
penumpukan asam amino ini, maka makanan berprotein seperti daging, ikan, telur,
keju, kacang polong, dan kacang kering sebisa mungkin harus dihindari.Penderita
PKU sangat dianjurkan untuk mengonsumsi banyak buah-buahan, kanji, sereal, dan
sayur-sayuran.
Di amerika penderita pku sudah ada laporan karena di amerika
apabila bayi lahir itu di periksa terlebih dahulu apakah terkena pku atau
tidak, apabila bayi tersebut menderita pku maka bayi tersebut akan di obati
sampai sembuh.Sedangkan di indonesia penderita pku belum ada laporan, akan
tetapi pku di indonesia mungkin saja ada, karena di Indonesia sudah banyak yang
mengalami gejala-gejala pku seperti keterbelakangan mental.Di Indonesia apabila
bayi lahir banyak yang tidak mengetahui apakah bayinya menderita pku atau
tidak, biasanya warga indonesia mengatakan bayi pku itu bukan terkena penyakit pku
tetapi karena bayinya sakit panas yang kemudian menyebabkan keterbelakangan
mental.Sehingga di Indonesia dikatakan hampir tidak ada penderita pku.
Pku tidak hanya pada bayi saja,akan tetapi gejala tersebut
dapat timbul pada orang dewasa juga, pada orang dewasa pengaturan diet makan
rendah protein sangatlah sulit,dikarenakan orang dewasa sudah terbawa tren
makanan propuler dan bahkan ada yang tidak bisa mengontrol dietnya tersebut.Apabila
penderita pku ini telat di diagnosa maka akan sulit untuk sembuh dan biasanya
hanya tinggal menyekolahkannya ke sekolah luar biasa(slb).
Penelitian di amerika diet menggunakan pemberian GMP pada
pasien PKU yang diberi diet total GMP selama 10 minggu. Hasilnya, sang pasien menyukai
makanan ringan, puding, dan minuman GMP yang disediakan, dan menghasilkan level
fenilalanin dalam darahnya menurun secara dratis setelah konsumsi selama dua
minggu.Diet campuran formula asam amino dan GMP juga menunjukan hasil yang baik
bagi penderita fenilketonuria. Pasien diberikan formula asam amino selama empat
hari, lalu diberi GMP pada empat hari selanjutnya. Setelah dianalisis, ternyata
tidak ditemukan masalah kesehatan apapun dari pengalihan produk tersebut. GMP
menurunkan level fenilalanin dalam darah jauh lebih cepat dibandingkan formula
asam amino. Hampir seluruh pasien pun lebih memilih GMP. Dari hasil studi di
atas diperoleh bukti bahwa GMP lebih disukai dan aman.
Jika anak yang akan dilahirkan ternyata positif menderita
phenylketonuria, maka segera dilakukan langkah atau manajemen yang tepat agar
si bayi dapat tumbuh besar dengan otak yang normal. Hal ini juga harus
dibarengi dengan gaya makan si penderita. Pencegahan dilakukan dengan
pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya fenilketonuria pada bayi baru lahir.
Pencegahan ini berfungsi agar penderita fenilketonuria tidak jatuh ke dalam
keadaan retardasi mental.
Bila diagnosa telah ditegakkan secara dini, anak-anak yang
menderita fenilketonuria dalam tumbuh berkembang dengan normal. Caranya tentu
dengan melakukan diet khusus rendah fenilalanin. Diet ini harus sudah dimulai
pada minggu-minggu pertama sang bayi. Ini untuk menghindarkan anak dari
kemungkinan defisiensi mental. Untuk mencegah agar bayi tidak menderita
fenilketonuria merupakan hal yang sulit mengingat penyakit ini adalah terkait
dengan genetik.
Bab IV Penutup
4.1 Kesimpulan
Ø Fenilalanin
adalah salah satu jenis asam amino hasil pemecahan protein yang berasal dari
makanan yang mengandung protein
Ø Bagi
orang yang tidak menderita penyakit Fenilketonuria, makanan yang mengandung
fenilalanin tidak akan menjadi masalahs, bahkan justru diperlukan oleh tubuh.
Ø Penyakit
phenylketonuria tidak dapat dicegah sebab penyakit ini merupakan penyakit
genetik yang tidak dapat dihindari.
Ø Terapi
pertama yang dilakukan adalah menghindari konsumsi protein tinggi yang disebut
sebagai diet protein.
Ø Diet
menggunakan pemberian GMP pada pasien PKU menghasilkan level fenilalanin dalam
darahnya menurun.
Ø Penderita
PKU diharuskan untuk menghindari makanan yang mengandung terlalu banyak protein
dan pemanis buatan.
Ø Penderita
lebih memilih GMP daripada diet formula campuran asam amino
4.2 Saran
Ø Memilih
makanan yang aman untuk di konsumsi
Ø Tidak
terbawa tren makanan yang populer
Ø Memiliki
lebih banyak variasi dalam diet
Ø Memilih
GMP (glikomakropeptida) sebagai altrnatif diet karena tidak mengandung
fenilalanin atau Mengkonsumsi formula asam amino
Ø Diet
rendah fenilalanina
Ø Apabila
sdah terdeteksi segera lakukan pengobatan
Ø Menghindari
konsumsi protein tinggi
Ø Di
anjurkan untuk mengkonsumsi banyak sayur-sayuran,buah-buahan, kanji dan sereal
Ø Menghindari
konsumsi pemanis atau gula yang di sebut aspartame
Ø Memiliki
catatan kecilyang berisi daftar obat-obatan atau makanan yang mengandung
aspartame
Ø Melakukan
pencegahan dengan pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya fenilketonuria pada
bayi lahir
Ø Pola
makan yang sesuai dan baik bagi tubuh si penderita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar